Harvies

Diatas langit masih ada langit , itu peribahasa yang paling sering saya dengar . Boleh saja di Aceh saya sedikit berbangga dengan pencapaian dibidang wirausaha jika dibandingkan teman-teman lain , dan terkadang hal tersebut membuat saya merasa diatas angin .

Ini bermula ketika saya mengikuti kompetisi Wirausaha Muda Mandiri (WMM), melihat secara langsung prestasi anak muda bahkan jauh lebih muda dari saya dan memiliki prestasi yang gemilang . Huuff … saya cukup tua , begitu saya membatin . Betapa tidak dari sejumlah perkenalan saya dengan para pengusaha muda tersebut memperkaya wawasan, apalagi kegagalan saya menembus level nasional menjadikan motivasi saya kemudian tumbuh berlipat-lipat.

Membangun sebuah coffee shop sebenarnya sudah menjadi resolusi dari tahun-tahun sebelumnya , namun sepertinya tahun ini adalah momentum paling tepat untuk saya . Di saat kondisi semangat yang masih tinggi , saya sendiri sebenarnya sudah memiliki konsep mengenai seperti apa coffee shop yang ingin saya dirikan .

DSC_4778Kondisi lapangan sebelum Harvies didirikan

Seorang teman pernah berkata kepada saya seperti ini , ” Tom , kamu bakal terus menjadi seorang pengusaha , tapi kamu harus merangkak dulu dan banyak tantangan serta hambatan yang bakal kamu lalui . Hingga akhirnya kamu berdiri tegak ” . Saya sempat terdiam dalam ucapan tersebut , betapa tidak kata-kata nya serasa sangat sesuai dengan fakta-fakta yang saya alami sebelumnya bahkan ketika saya membangun Harvies.

Butuh perjuangan untuk mendirikan Harvies , mulai dari membeli bahan bangunan , mengontrol pekerja bangunan (yang sering kali bikin stres) , sampai membeli perlengkapan Harvies seperti cangkir pun saya beli sendiri berdesak-desakan dengan kaum Ibu seolah heboh diskon 50% 😀

DSC_4813

Harvies akhirnya lahir dan berdiri tegak , sayangnya belum dapat berdiri tegak secara utuh . Saya dihadapkan dengan cobaan tepat sehari sebelum acara pembukaan , atap yang terbuat dari rumbia semua bocor parah ketika hujan akibat kesalahan konstruksi yang dikerjakan pihak tukang , terlebih lagi saya ditinggal tukang tersebut tanpa adanya pertanggung jawaban. Stress , sedih , tertekan bahkan sempat menangis saat itu ( terbayang wajah Ibu 😦 ) , sempat berpikir ingin berhenti melanjutkan project ini dan berencana ingin menjual seluruh aset yang telah saya keluarkan .

Lalu dalam renungan, saya coba kembali flash back dengan sejumlah tantangan dan hambatan yang saya lalui selama menjalani usaha, segala macam bentuk cobaan dan tekanan telah saya lalui dan mampu untuk bertahan hingga saat ini . Bukannya wirausaha ini dunia yang saya sukai , bukannya segala tantangan mampu dihadapi dengan sabar , terlebih sudah pasti Ibu sangat mengharapkan saya untuk berhasil . Maka kenapa sekarang saya harus berhenti ?

Seketika saya bangkit , kemudian melanjutkan kembali pembukaan Harvies sesuai rencana … 🙂

Acara pembukaan Harvies saya lakukan pada tanggal 24 Februari 2014 lalu dan selama 3 hari berturut mengadakan promosi discount . Namun sayang , kesibukan saya dan sejumlah stress serta tekanan yang saya alami membuat beberapa hal saya lupakan terutama memberi informasi dan undangan kepada teman dan kerabat . Menyesal memang namun terkadang tidak semua hal sesuai dengan keinginan saya .

DSC_4861Suasana bersantai di Harvies

Pembukaan berjalan lancar , Alhamdulillah .. doa dan kerja keras selalu memberi jawaban . Banyak respon positif yang saya terima terkait dengan pendirian Harvies , terlebih adanya sejumlah repeat order membuat saya semakin termotivasi dalam mengembangkan usaha ini .

Sering kali saya mendengar pernyataan , “berwirausaha itu enak , merdeka waktu dan finansial” . Saya hanya mampu tersenyum jika mendengarnya . Berwirausaha janganlah selalu dinilai dari hasil , namun bagaimana proses dan banyak hal yang harus dikorbankan seperti tenaga, pikiran, waktu bahkan uang , terlebih lagi bisa dikatakan ini diluar zona nyaman. Maka apapun profesi anda , tidak ada profesi yang mudah jika anda tidak menyukai dan menikmati proses bidang yang anda lakoni.

DSC_4805menjadi barista diusaha sendiri , lelah dan letih namun saya menyukai apa yang saya kerjakan

Menamakan coffee shop dengan nama Harvies sebenarnya cukup mudah jika ditanya mengenai alasan pemberian nama tersebut , tidak lain Harvies berasal dari nama belakang saya Tommy Harvie. Konsep yang saya bangun adalah semi tradisional, suasana santai , edukasi kopi , dan wadah bersosialisasi , maka atas dasar hal tersebut saya tidak menyediakan wifi dan berbagai minuman olahan kopi arabica saya sajikan dilengkapi varian cake, soal harga ? mulai 7.000 – 15.000 ekonomis bukan 😀

DSC_5056Salah satu favorit pengunjung , Ice Cafe Latte .. kopi yang lembut dan creamy

_MG_9373-horz

varian cake : American Dark , Avocado Cake , dan Tiramisu

Harvies bisa dijumpai di Jl. Salam No. 12 Lamprit , tepatnya masuk jalan Hotel Madinan jalan lurus melewati SMP 2 lorong kedua sebelah kiri setelah SMP 2 .

Semoga ada langkah dan kesempatan untuk bertemu di Harvies 🙂

 

 

 

 


12 thoughts on “Harvies

  1. Alhamdulillah ya rabb.. brrti umur harvies sekarang satu bulan empat hari.semangatt!!!doa ibu,.yaa..senyum ibu.sekali lagi.. semangatt!!gdLuck

  2. Loooove it so much.

    Sering kali saya mendengar pernyataan , “berwirausaha itu enak , merdeka waktu dan finansial” . Saya hanya mampu tersenyum jika mendengarnya . Berwirausaha janganlah selalu dinilai dari hasil , namun bagaimana proses dan banyak hal yang harus dikorbankan seperti tenaga, pikiran, waktu bahkan uang , terlebih lagi bisa dikatakan ini diluar zona nyaman.

    Paling suka dengan paragraf ini

      1. Hoo, I do love you still remember this topic. Masih hutang diskusi Reksadana, kita ya :p

        Selamat untuk Laporan Keuangan Harvies Coffee Q1

Leave a comment